By Rakhmat Hadi
SOLARENERGI.ID – Sektor ketenagalistrikan di Bangladesh akan menciptakan setidaknya 9.300 lapangan kerja di sektor energi terbarukan jika pemerintah dapat memenuhi target penggunaan energi terbarukan pada tahun 2030, berdasarkan studi yang dilakukan oleh Center for Policy Dialogue (CPD) Kamis (19/10/2023).
Bangladesh memerlukan rencana yang terintegrasi dan komprehensif untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja melalui pelatihan yang tepat dan pelatihan ulang bersamaan dengan pengembangan kurikulum di universitas. Oleh karena itu, penelitian yang bertajuk “Transisi Energi di Bangladesh: Implikasinya terhadap Ketenagakerjaan dan Keterampilan di Sektor Ketenagalistrikan dan Energi” merekomendasikan investasi dalam pengembangan tenaga kerja untuk segera dilakukan.
Disebutkan target Rencana Kemakmuran Iklim Mujib, yang bertujuan membuat negara tersebut mampu menghasilkan setidaknya 6.000 megawatt (MW) listrik dari sumber terbarukan, termasuk pembangkit listrik tenaga surya dan pembangkit listrik tenaga angin, pada tahun 2030. “Jika diterapkan, jumlah pegawai akan mencapai 13.778 orang. Saat ini jumlahnya sekitar 4.500,” tulis studi tersebut, seperti dilansir laman asianews network.
CPD mempertimbangkan dua pengelompokan “fungsi pekerjaan” untuk menghitung angka-angka tersebut. Yang pertama membahas konstruksi, instalasi, dan manufaktur, sedangkan yang kedua membahas operasi, pemeliharaan, dan pemrosesan.
Jabatan teknis juga akan diperlukan, termasuk teknisi energi terbarukan, spesialis penyimpanan energi, insinyur jaringan pintar, analis energi, perencana dan konsultan lingkungan, pakar efisiensi energi, perancang dan arsitek bangunan ramah lingkungan. Selain itu, jabatan konvensional seperti eksekutif, petugas penjualan dan pemasaran, serta insinyur mesin, kimia, dan listrik juga akan dibutuhkan.
Penulis utama studi ini, Direktur Riset CPD Khondaker Golam Moazzem, memberikan presentasi di auditorium Brac Center Inn. Ia mengatakan transisi energi tidak hanya sekedar perubahan teknis, namun juga merupakan transisi teknik produksi dan mencakup berbagai aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
“Transisi ini melibatkan berbagai pemain dan teknologi, yang memerlukan keterampilan interdisipliner yang meliputi teknik, ekonomi, ilmu lingkungan, dan politik agar pengelolaannya berhasil,” katanya.
“Seiring dengan semakin terhubungnya infrastruktur energi dan digitalisasi, pentingnya para pakar keamanan siber untuk melindungi sistem energi penting dari serangan siber akan meningkat,” ujarnya.
Sesuai dengan Rencana Kemakmuran Iklim Mujib, proyeksi pembangkitan listrik secara keseluruhan akan mencapai 28.975 MW pada tahun 2030, dengan pangsa energi terbarukan meningkat menjadi 17,4 persen. Saat ini baru 4,6 persen.