By : Cahya
SOLARENERGI.ID – Listrik telah meningkatkan standar hidup manusia sejak penemuannya namun perubahan yang memperdalam elektrifikasi dengan memaksimalkan pemanfatan energi baru dan terbarukan merupakan sebuah perjalanan teknologi yang dikembangkan oleh setiap perusahaan di sector energi termasuk Hitachi ABB Power Grids perusahaan teknologi Jepang pada tahun 2021 secara resmi berganti nama menjadi Hitachi Energy . Perusahaan tersebut berhasil menyatukan keahlian perusahaan teknik Swiss ABB dan teknologi digital Hitachi, Hitachi Energy berkantor pusat di Zurich dan memiliki misi “memajukan masa depan energi yang berkelanjutan untuk semua“.
Strategi dan Fokus perusahaan tesebut pada pendekatan sistem energi secara keseluruhan untuk sektor utilitas, industri dan infrastruktur, termasuk interkoneksi HVDC, melalui grid edge solutions seperti microgrid dan energy storage (penyimpanan energi) kedepan diharapkan akan lebih mendukung fleksibilitas sistem energi dan pertumbuhan energi terbarukan.
Dikutip dari Energy-Storage.news “Hitachi Energy, telah memelopori banyak teknologi yang diperlukan untuk memajukan masa depan energi berkelanjutan termasuk portofolio grid edge solutions ungkap,” Maxine Ghavi, Senior Vice President dan kepala Grid Edge Solutions di Hitachi Energy.
“Penyimpanan energi dengan kontrol cerdas, manajemen energi, dan teknologi digital menjadi kunci dalam mendukung seluruh sistem kelistrikan dan memaksimalkan konsumsi energi terbarukan.”
Perusahaan memproduksi solusi penyimpanan baterai yang disebut dengan Powerstore dan beroperasi bersama dengan platform kontrol digital e-mesh Grid Edge Solutions. Sementara itu holding Hitachi mengatakan digitalisasi berkelanjutan dari sektor energi akan memungkinkan penggunaan platform performance asset management, yang disebut dengan Lumada, berfungsi untuk mengatasi kompleksitas dan tantangan dalam mengintegrasikan sumber energi terbarukan yang lebih besar lagi ke dalam bauran energi dunia (the world’s energy mix).
Hitachi Energy akan bekerja di berbagai bidang mulai dari utilitas dan energi terbarukan hingga transportasi dan industri, serta pusat data dan smart city solutionsr, kata Ghavi. “Kami percaya bahwa ada banyak jalan menuju masa depan yang netral karbon – dan semuanya diperlukan untuk mengatasi tantangan global”. Memperhatikan pengalaman pada tahun 2018, Hitachi ABB Power Grids menghadirkan battery energy storage system (BESS) pertama yang menyediakan inersia sintetis ( synthetic inertia ) untuk menstabilkan jaringan listrik di Australia, di ujung jalur transmisi yang panjang di wilayah terpencil Australia Selatan dengan sumber daya angin dan PLTS atap skala utilitas yang perlu diintegrasikan. Konsep penerapan untuk daya cadangan yang akan diaktifkan microgrid mungkin merupakan alasan utama pemasangannya, tetapi bukan satu-satunya alasan. Selama penggunaan normal, mereka akan memungkinkan energi yang dihasilkan matahari untuk disimpan, dikonsumsi atau dikirim kembali ke jaringan yang terhubung dengan PLTS Atap/komunal, karena dengan cara inilah dapat membantu mengurangi ketegangan pada infrastruktur yang terhubung dengan jaringan tegangan rendah (jaringan lokal), hal ini dilakukan selama waktu beban puncak sehingga dapat mengurangi konsumsi bahan bakar fosil yang digunakan pembangkit listrik. Saat ini pada proyek terbaru yang diberikan kepada perusahaan termasuk pembangkit listrik virtual pertama di Singapura dan microgrid solar-plus-storage di tambang batu bara di Indonesia dan microgrid industri teknologi generasi campuran 214 MW di Thailand. Selain itu perusahaan juga telah menandatangani kemitraan pada bulan April 2021 untuk berkolaborasi dalam penyimpanan baterai untuk proyek energi terbarukan di Amerika dengan Atlas Renewable Energy, pengembang, pembangun, pemodal, dan operator proyek energi bersih di Amerika Latin.