SOLARENERGI.ID – Pernyataan Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Matsuno, muncul ketika harga bahan bakar naik di tengah konflik bersenjata Israel-Hamas yang sedang berlangsung sehingga mengancam dampaknya terhadap perekonomian global. Jepang pada hari Kamis (19/10/2023) mendesak Arab Saudi dan negara-negara penghasil minyak lainnya untuk meningkatkan pasokan guna menstabilkan pasar minyak global.
“Pemerintah Jepang akan mendesak negara-negara penghasil minyak untuk menstabilkan pasar minyak mentah global dengan meningkatkan produksi dan berinvestasi pada kapasitas produksi,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno dalam konferensi pers, seperti dilansir AA.
Pernyataannya muncul ketika harga bahan bakar naik di tengah konflik bersenjata Israel-Hamas yang sedang berlangsung, sehingga mengancam dampaknya terhadap perekonomian global. “Arab Saudi sebagai negara penghasil minyak kami meminta mereka untuk memproduksi lebih banyak minyak bumi sehingga memberikan kontribusi terhadap stabilitas pasar minyak mentah internasional,” tambah Matsuno.
Pada hari Rabu, Raja Saudi dan Perdana Menteri Jepang berbicara melalui telepon tentang situasi di Gaza dan bantuan kemanusiaan. Konflik di Gaza, yang dibombardir dan diblokade Israel sejak 7 Oktober, dimulai ketika Hamas memulai Operasi Banjir Al-Aqsa, sebuah serangan mendadak yang mencakup serangkaian peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara. Dikatakan bahwa serangan tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh pemukim Israel.
Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza. Gaza sedang mengalami krisis kemanusiaan yang parah, tidak adanya listrik, sementara air, makanan, bahan bakar, dan pasokan medis hampir habis.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan segera” untuk meringankan “penderitaan besar umat manusia.” Lebih dari 3.500 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza, sementara angkanya mencapai lebih dari 1.400 orang di Israel. *