By Citra SOLARENERGI.ID Kenya sebuah negara yang terletak di Afika Timur dan secara geografis berbatasan dengan Tanzania sisi selatan, Ethiopia sisi utara sedang sisi timur berbatasan dengan Samudra Hindia dan Somalia dengan ibukota di Nairobi. Negara dengan luas sekitar 75 persen pulau Kalimantan pada tahun 2021 jumlah penduduk Kenya mencapai 55,3 juta yang kebanyakan tinggal di dataran tinggi dengan unggulan sektor pertanian, peternakan dan perkebunan bahkan menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi di Afrika Sub-Sahara.
Meski dalam dua tahun ini permintaan listrik menurun, namun perkiraan untuk tahun 2023 diprediksi akan mengalami peningkatan konsumsi listrik sehingga perencanaan kapasitas pembangkit listrik harus dilakukan agar pasokan listrik sesuai dengan permintaan dengan berorientasi pada pembangunan berkelanjutan dan target lingkungan perlu dicapai. Yang tentunya termasuk target Kenya untuk mengurangi emisi gas karbon dioksida sebesar 30% pada tahun 2030, seperti yang disampaikan pada saat komitmen Perjanjian Paris.
Mengutip laman cleantechnica.com, bahwa tantangan utama di Kenya dalam merencanakan dan penyusun kebijakan di sektor ketenagalistrikan adalah mengidentifikasi kombinasi optimal antara teknologi pembangkit listrik dalam kategori faktor beban yang berbeda untuk mencapai kesesuaian dengan biaya terendah. Studi ini bertujuan untuk mendukung pengambilan keputusan di sektor kelistrikan dengan membandingkan dua teknologi pembangkit listrik utama yang dianggap sebagai opsi pasokan listrik pada saat operasi beban dasar di Kenya, yaitu : panas bumi dan batu bara, dan peran yang dapat mereka mainkan dalam bauran pasokan listrik Kenya di masa depan.
Peran ini ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk pertimbangan teknis, ketersediaan sumber energi, karakteristik lingkungan, ekonomi, dan masalah lain yang dapat bertindak sebagai pendorong atau menimbulkan hambatan atau risiko bagi pengembangan kedua sumber energi tersebut.
Dalam perencanaan sektor kelistrikan di Kenya bergantung pada rencana induk yang disusun setiap 20 tahun untuk digunakan sebagai penentu arah yang jelas dalam pengembangan dan penelitian agar penyediaan tenaga listrik dapat memenuhi perkembangan kebutuhan dimasa depan dengan harga terendah sehingga dapat dijangkau oleh penduduk yang mayoritas hidup dari sektor pertanian.
Menurut Survei Ekonomi terbaru dari Biro Statistik Nasional Kenya (KNBS), total kapasitas pembangkit listrik terpasang sebesar 2.836 MW pada 2020 dengan energi terbarukan mencapai 92,3 persen, panas bumi memimpin di 44%, diikuti oleh hidro di 36%, angin berada di 11% dan 7 % sedangkan surya masih sekitar 1 %. Meskipun memiliki potensi panas bumi yang masih belum dimanfatkan namun, pemerintah Kenya berencana membangun pembangkit listrik tenaga batu bara satu di Lamu dengan kapasitas total sekitar 981 MW yang dibangun dalam tiga unit dengan menggunakan batubara dari Kenya.
Meskipun pembangkit listrik tenaga panas bumi dan tenaga batu bara sama-sama dianggap sebagai pembangkit listrik beban dasar, pembangkit listrik tenaga panas bumi rata-rata dapat mencapai faktor kapasitas yang lebih tinggi dan potensi panas bumi yang dimiliki sangat cukup, namun penambahan kapasitas pembangkit batubara di Kenya bertujuan untuk meningkatkan keandalan dan menjaga fleksibilitas operasi sistem tenaga listrik disamping juga untuk menurunkan biaya operasi tenaga listrik.
Pemerintah Kenya berharap dapat melihat beberapa pertumbuhan dari pembangkit listrik tenaga surya skala utilitas, yang masih hanya berkontribusi 1% terhadap total pembangkitan per Desember 2020. Menariknya kontribusi pembangkit surya atap di sektor komersial dan industri Kenya mendominasi bahkan telah berkembang sangat cepat di Afrika sub-Sahara selama lima tahun terakhir mencapai sekitar 50 MWp terpasang pada Desember 2020. Tidak diragukan lagi kita akan terus melihat lebih banyak panel surya yang dipasang di atap dan carport mal, sekolah, blok perkantoran, dan pabrik di sekitar Kenya.