By Cahyo , SOLARENERGI.ID – Honeywell mengumumkan seputar teknologi penyimpanan baterai jangka panjang yang telah dikembangkannya untuk diterapkan pada uji coba yang akan dimulai tahun 2022.
Mengutip laman energy-storage.news bahwa perusahaan Honeywell yang bermarkas di A,Erika Serikat telah mengembangkan system penyimpanan energi listrik berupa “baterai aliran”, yang diklaim mampu menyimpan dan mengeluarkan listrik untuk jangka waktu hingga 12 jam. Seperti yang diungkapkan pada tanggal 26 Oktober 2021 bahwa teknologi baterai yang akan diuji cobakan menggunakan konfigurasi 400 kWh dan dilaksanakan oleh Duke Energy , apabila nantinya berhasil maka Honeywell ingin meningkatkan kapasitas penyimpanan baterai hingga 60 MWh sebagai proyek ujicoba berikutnya.
Seperti baterai aliran lainnya, teknologi ini menawarkan kemampuan untuk menyimpan energi listrik dalam kapasitas yang lebih besar hanya dengan membuat menambahkan kapasitas tangki yang menyimpan cairan elektrolit dan nantinya dirancang untuk masa pakai hingga sampai 20 tahun dengan tanpa menurun performancenya.
Dari yang dikutip pad Energy-Storage.news bahwa wakil presiden dan manajer umum Honeywell Sustainable Technology Solutions (Honeywell STS) Ben Owens mengungkapkan tentang produk dan pengembangannya, serta aplikasi pasar dan peluang yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan. Owens mengatakan bahwa Honeywell “melihat kebutuhan utama akan baterai yang durasinya lebih lama dibanding dengan jenis lithium-ion; solusi skala layanan publik menggunakan bahan dari elemen tanah jarang”.
Sementara perusahaan belum bersedia untuk mengungkapkan secara detail jenis kimia baterai apa yang digunakan , Owens menegaskan bahwa “elektrolit akan menjadi “elemen tanah jarang” dan produk ini dirancang untuk dapat didaur ulang, dibuat dengan sumber yang mudah diperoleh dan bahan tidak beracun. Yang terpenting dia berkata, “kami sangat menyukai kemampuannya untuk naik dan turun. Karakteristik baterai aliran (flow battery), menurut saya sangat cocok untuk kebutuhan industri ”.
Honeywell telah mengklaim bahwa baterai aliran yang digabungkan dengan energi terbarukan seperti yang bersumber dari panel surya dan turbin angin dapat menjadi solusi energi hemat biaya dimasa depan, meski masih dalam rencana ujicoba.
Duke dan utilitas lainnya dapat menyimpulkan bahwa ini menjadi peluang yang lebih besar, bahkan lebih besar dalam pengembangan penyimpan energi matahari dan energi angin yang digunakan untuk memberikan pelayanan pelanggan listrik secara kontinyu sehingga mampu mengurangi ketergantungan energi yang bersumber dari bahan bakar fosil menjadi solusi dalam mencapai target pengurangan emisi gas karbon dioksida. Memang, Pusat Teknologi dan Inovasi Baru Duke Energy di Mount Holly, Carolina Utara, telah digunakan untuk menguji berbagai teknologi penyimpanan baterai yang berbeda untuk aplikasi yang berbeda sudah selama satu dekade.
“Pusat Teknologi dan Inovasi Berkembang kami adalah tempat pembuktian yang ideal untuk mempelajari teknologi ini. Selama lima tahun ke depan, Duke Energy berencana untuk memasang penyimpanan baterai dengan kapasitas hampir 400 MW di wilayah layanannya. Kami memiliki minat yang besar dalam terobosan teknologi, ”kata direktur Teknologi dan Operasi Smart Grid Emerging Duke Energy, Tom Fenimore.
Dalam pembangkit listrik yang intermitten seperti yang dihasilkan dari radiasi pancaran sinar matahari, apabila ditambahkan penyimpanan energi (station battery) akan meningkatkan effisien dan kualitas energi yang dihasilkan karena energi yang tersimpan dalam baterai pada saat pembangkit listrik tenaga surya memproduksi energi dapat dimanfaatkan pada saat konsumsi energi listrik dari pelanggan mengalami permintaan berlebih (selama waktu beban puncak). Sehingga dengan memasangkan tenaga surya dengan sistem penyimpanan, kelebihan daya yang dihasilkan selama hari-hari cerah dapat disimpan dalam baterai untuk penggunaan di masa mendatang—baik saat matahari tidak bersinar, saat biaya permintaan puncak tinggi, atau saat jaringan listrik mati.
