By Suryo SOLARENERGI.ID – Peningkatan suhu global yang terus dibicarakan dan dicarikan solusinya menjadi agenda seluruh negara di dunia melalui konvensi perubahan iklim baik yang diselelenggarakan pada tahun 2015 di Paris maupun yang diselenggarakan di Glasgow pada Oktober 2021 dengan suatu kesepatan mengurangi emisi gas karbondioksida, seperti peningkatan pemanfaatan energi baru dan terbarukan dan menurunkan konsumsi energi yang bersumber dari fosil.
Karena sejak masa pra-industri, aktivitas manusia telah menghangatkan suhu bumi secara global untuk itu mulai perjanjian Paris dilakukan upaya untuk menekan emisi gas karbondioksida secara masiv dan menjadi agenda setiap negara.
Mengintegrasikan sumber terbarukan seperti angin , matahari dan battery energy storage system ke dalam jaringan interkoneksi sistem kelistrikan disuatu negara menjadi sangat penting untuk membantu pemerintah dalam mencapai pembangkit listrik nol karbon.
Namun masih memiliki kendala yang harus diselesaikan karena energi terbarukan seperti angin dan matahari belum cukup mampu memecahkan masalah antara demand yang dibutuhkan pada sistem interkoneksi tersebut dengan supply yang dikirim, mengingat layanan listrik ke pelanggan harus memenuhi ketersedia secara real time (terus menerus), kuantitas dan kualitas (stabilitas tegangan dan frekuensi harus terjaga).
Sementara sumber energi listrik yang bersumber dari angin dan matahari masih membutuhkan jalan keluar untuk memecahkan masalah stabilitas tegangan dan frekuensi apabila akan digunakan sebagai pasokan energi secara mandiri, meskipun sudah mulai ada solusi melalui penambahan battery energy storage system, namun biaya pengadaan battery tersebut relative tinggi sehingga membebani harga pokok produksi.
