By Suryo, SOLARENERGI.ID – Kendaraan listrik (EV) telah berkembang cepat dalam waktu singkat dan hampir satu ekade sejak perusahaan rintisan Silicon Valley yang ambisius, Tesla Motors memperkenalkan dunia pada mobil listrik yang mampu menempuh jarak lebih dari 475 km dengan sekali pengisian daya .
Peningkatan jarak tempuh yang sangat signifikan ini tidak lepas dari perkembangan teknologi penyimpan energi (battery) terutama jenis Lithium-ion dan Lithium-sulfur yang secara umum terdapat empat komponen dalam baterai lithium-ion katoda, anoda, elektrolit, dan pemisah.
Katoda adalah sisi positif dan memungkinkan arus mengalir keluar dari baterai ke peralatan listrk (motor DC) yang memanfaatkan energi dari baterai menuju anoda yang berfungsi sebagai pasangan negatifnya.
Sedangkan Elektrolit memungkinkan pergerakan ion di antara keduanya, dan pemisah mencegahnya agar tidak saling bersentuhan.
Dikutip dari laman torquenews.com, saat ini para ilmuwan Michigan telah percaya bahwa mereka telah memiliki solusi untuk memperbaiki kelemahan pada desain dari baterai lithium-sulfur karena meskipun baterai lithium-sulfur sudah ada, tetapi tidak dapat diadopsi secara luas.
Terobosan para ilmuwan ini terinspirasi dari alam, khususnya membran yang berfungsi melindungi sel-sel organik. Dengan menggunakan Kevlar daur ulang, tim dapat membuat jaringan serat nano yang mendukung katoda dan memungkinkannya untuk mengatasi fluktuasi yang dialaminya tanpa mengalami degradasi.
Ini masih awal, tetapi tim percaya bahwa penemuan mereka dapat menghasilkan baterai lithium-sulfur EV yang akan bertahan selama sepuluh tahun mengemudi.
Baterai lithium sulfur (Li-S) diperkirakan memiliki potensi besar, karena ketersediaan bahan katoda yang mudah diperoleh, karena unsur belerang merupakan elemen ke-5 yang paling melimpah di bumi dan penerapannya secara luas dapat secara signifikan menurunkan harga baterai sehingga baterai Li-S bisa bisa bersaing harga dengan baterai lithium ion komersial yang banyak digunakan sekarang.