By Suryo, SOLARENERGI.ID – Kendaraan listrik baterai atau Battery Electric Vehicle (BEV) telah hadir sejak 1851 dan penemuan sel bahan bakar hIdrogen pada tahun 1839 tetapi saat itu kendaraan listrik dan sel bahan bakar tidak berkembang namun kendaraan bahan bakar fosil yang mendominasi sektor transportasi hingga saat ini.
Pengembangan kendaraan listrik dan sel bahan bakar diawali sekitar 1970 an , hal ini terlihat pada tahun 2019 menurut data dari International Energy Agency (IEA) sudah ada 7,2 juta mobil listrik bahkan di akhir tahun 2021 sudah lebih dari 11 juta mobil listrik yang di dunia, sedangkan penjualan kendaraan sel bahan bakar hidrogen hingga 2021 telah mencapai lebih dari 30.700 unit .
Ini merupakan sejarah baru bagi kemajuan dan pengembangan industri transportasi khususnya mobil listrik baterai dan mobil sel bahan bakar hidrogen untuk mempercepat terwujudnya net zero emission.
Meski keberadaan mobil listrik dan mobil sel bahan bakar hidrogen masih sedikit terkendala masalah infrastrukstur pengisian baterai maupun hidrogen namun ini merupakan solusi untuk menurunkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer agar membantu mengendalikan kenaikan suhu bumi.
Kelebihan hidrogen adalah energi per satuan massa yang tinggi yang memiliki potensi ideal dalam menyediakan bahan bakar untuk menggerakkan kendaraan berat, seperti pesawat, kapal, truk, bus, dan sejenisnya.
Hidrogen adalah pilihan yang menjanjikan untuk mendekarbonisasi transportasi jalan raya yang berat, terutama transportasi jarak jauh, dan transportasi jalan berat.
Mobil sel bahan bakar membutuhkan gas hidrogen yang dihasilkan dari gas alam, melalui reaksi reformasi metana uap, yang juga memiliki karbon monoksida dan karbon dioksida sebagai produk sampingannya.
Namun untuk proses hidrogren dengan methoda elektrolisis terbarukan, merupakan cara produksi hidrogen yang populer, menghabiskan lebih banyak energi daripada reaksi pembentukan metana uap, dengan metode elektrolisis membran pertukaran polimer, efisiensi energi hidrogen dapat ditingkatkan bahkan dapat diproduksi di lokasi.
Cara lain untuk menghasilkan hidrogen, seperti pemisahan air biologis, fermentasi, konversi limbah biomassa, pemisahan air fotoelektrokimia, pemisahan air panas matahari dan elektrolisis terbarukan. Mereka semua memiliki masalah yang harus diatasi agar hidrogen mencapai skala komersial. Dibandingkan dengan produksi listrik untuk mengisi baterai listrik lithium-ion.
Kedua teknologi tersebut ramah lingkungan daripada mobil bahan bakar fosil, meskipun memiliki karakteristik yang berbeda, seperti teknologi sel bahan bakar memberikan waktu pengisian yang lebih singkat dan otonomi kendaraan yang lebih lama dengan sekali pengisian daya.
Hidrogen mampu menjawab beberapa masalah teknis yang dimiliki teknologi baterai saat menangani bahan bakar alternatif di segmen kendaraan berat.
Salah satu keunggulan mobil listrik adalah infrastruktur jaringan listrik sudah tersedia, sehingga lebih mudah untuk menyediakan stasiun pengisian, bahkan dapat dilakukan pengisian kendaraan listrik di rumah.
Pada Februari 2022 East Japan Railway telah meluncurkan kereta bertenaga hidrogen yang dilengkapi dengan sistem sel bahan bakar dan baterai penyimpanan pertama kali di Jepang. Kereta Api uji pertama di Jepang diberi nama HYBARI, yang merupakan singkatan dari Hydrogen-Hybrid Advanced Rail Vehicle for Innovation, seperti yang dikutip dari laman nhk.or.jp.
JR East akan melakukan uji coba untuk kereta dua gerbong di Jalur Nanbu dan beberapa jalur lainnya mulai akhir Maret, yang bertujuan untuk mulai digunakan secara komersial pada tahun 2030. Hidrogen bertekanan tinggi dari tangki penyimpanan di kereta disediakan untuk sistem sel bahan bakar yang dikembangkan oleh Toyota Motor Corp.