By Citra SOLARENERGI.ID Dalam mendukung program mewujudkan lingkungan yang bersih bebas karbon maka Pertamina melalui Subholding Power & New Renewable Energy (Pertamina NRE) menargetkan 1.500 Atap SPBU terpasang panel surya dengan total daya sebesar 9.000 kWp, jadi per SPBU akan dipasang sebesar 6 kWp. Hal ini dilakukan untuk mengurangi emisi gas karbon dioksida (CO2)
Seperti yang dikutip dari laman pertamina.com, Target yang diberikan pertamina hingga 2025 sebanyak 5000 SPBU namun Pertaminaoptimis akan lebih cepat dari rencana mesji saat ini PLTS Atap yang terpasangg di SPBU baru sekitar 125 lokasi yang tersebar.
Persebarannya mencakup wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat, dan pada tahun 2022 diharapkan bisa terpasang 1.500 titik.
“Pemasangan PLTS Atap di SPBU Pertamina kami kebut agar target 5.000 SPBU dapat segera terwujud. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk komitmen kami mengawal transisi energi. Dengan pemasangan PLTS Atap di SPBU Pertamina yang jumlahnya ribuan kami berharap dapat mendorong percepatan transisi energi,” tutur Corporate Secretary Pertamina NRE Dicky Septriadi.
Total 1.500 PLTS Atap yang ditargetkan terpasang tahun depan akan tersebar lebih luas di wilayah nusantara, termasuk Bali karena merupakan salah satu wilayah yang sangat berpotensi untuk pengembangan PLTS. Menurut data Institute of Essential Services Reform (IESR), potensi teknis PLTS di Bali mencapai 26,4 GWp. Ditambah lagi, dengan terbitnya Peraturan Gubernur nomor 45 tahun 2019 tentang Bali Energi Bersih, pemerintah daerah Bali semakin gencar mendorong pemanfaatan energi bersih termasuk PLTS.
Ambisi untuk “menghijaukan” SPBU adalah salah satu program utama Pertamina yang dilaksanakan oleh Pertamina Patra Niaga sebagai subholding Commercial & Trading. SPBU yang telah terkategori hijau akan mendapatkan predikat sebagai Green Energy Station (GES). Program ini mencakup antara lain penyediaan BBM ramah lingkungan, penyediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik untuk Umum (SPKLU) ataupun battery swapping station (BSS), penggunaan PLTS sebagai sumber energi listrik, serta digitalisasi layanan.
SPKLU telah tersedia di beberapa GES, dan dalam waktu dekat BSS juga akan tersedia. Pertamina Patra Niaga belum lama ini bersinergi bersama Electrum – perusahaan patungan Gojek dan TBS, menggandeng pionir kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) roda dua di Indonesia, GESITS serta brand KBLBB roda dua Taiwan yaitu Gogoro, dalam mengembangkan infrastruktur hilir bagi motor listrik yakni pilot komersial BSS. Sinergi ini merupakan bentuk dukungan dan kontribusi percepatan ekosistem kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB).
Kontribusi percepatan ekosistem kendaraan listrik juga ditunjukkan Pertamina NRE yang akan berpartisipasi dalam pengembangan industri baterai terintegrasi dari hulu ke hilir dengan target kapasitas produksi 140 GWh pada tahun 2029 yang dikelola oleh PT Industri Baterai Indonesia. Pengembangan EV battery merupakan salah satu masa depan bisnis Pertamina NRE dan menjadi komitmen utama manajemen untuk mewujudkannya.
“Pertamina mendukung transisi energi dari penggunaan energi fosil pada transportasi menjadi energi listrik yang lebih ramah lingkungan. Hal ini selaras dengan target pemerintah mewujudkan net zero emission tahun 2060,” ujar Dicky.
Ia menambahkan bahwa saat ini pengelolaan bisnis yang hanya mengutamakan profit semata tidak lagi relevan. Dalam mengelola bisnis harus mengimplementasikan aspek environmental, social, and governance (ESG) agar terwujud keberlanjutan.