By. Cahyo, SOLARENERGI.ID – Perubahan iklim merupakan tantangan lingkungan terbesar saat ini dan perhatian masyarakat meningkat dari tahun ke tahun. Perjanjian Paris pada tahun 2015 sangat menentukan dalam hal tindakan, karena 195 negara sepakat untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 2 ° C di era pra-industri pada akhir abad ini, dan terus bekerja untuk menguranginya hingga 1,5 ° C.
“ Dekarbonisasi merupakan proses pengurangan emisi karbon ke atmosfer, terutama karbon dioksida (CO2) yang bertujuan untuk mencapai ekonomi global rendah emisi dan mencapai netralitas iklim melalui transisi energi “
Studi baru dari Brattle Group dan Oracle menunjukkan bahwa mempengaruhi perilaku pelanggan listrik dapat berdampak significant terhadap dekarbonisasi atau pengurangan emisi gas karbondioksida dibandingkan dengan kebijakan penyediaan pasokan energi bersih dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
Mengutip laman renewableenergyworld.com bahwa tidak mudah untuk mempengaruhi perilaku pelanggan listrik agar pelanggan listrik menyediakan listrik bersih ditempat yang dihuni seperti memasang panel surya diatas tempat huniannya untuk bisa mengurangi konsumsi listrik dari jaringan yang tersedia, namun apabila kesadaran dari pelanggan untuk menyediakan listrik sendiri bisa terelasisasi maka dampak berkurangnya emisi gas karbondioksida cukup significant. Sebagai contoh pelanggan listrik bisa menyediakan listrik bersih sekitar 10-15 persen dari konsumsi listrik setahun maka akan berpengaruh pada liingkungan yang lebih bersih.
Upaya lain setiap daerah diberikan target untuk menggantikan transportasi umum disetiapkotanya seperti menggantikan kendaraan massal (buskota/angkutan dalam kota) dengan menggunakan kendaraan listrik secara bertahap 7 – 10 pertahun, sehingga nantinya setelah lima atau tujuh tahun lebih dari 50 persen sudah beralih menggunakan kendaraan listrik atau fuel cell evlectric viehecle.
Dekarbonisasi yang efisien merupakan cara untuk dapat mencapai netralitas karbon dengan biaya serendah mungkin, sehingga setiap penggunaan akhir energi dapat mengurangi emisi dengan menggunakan energi non fosil yang paling kompetitif, ketersediaannya berlimpah (terus menerus), Listrik dapat dijadikan sebagai pembawa energi yang memungkinkan integrasi yang lebih besar dari energi terbarukan (energi bersih), sehingga melalui ” listrik menjadi pilihan yang paling efektif untuk mendekarbonisasi sektor ekonomi dengan biaya terendah “. Hal ini menjadi solusi alternatif untuk meningkatkan efisiensi energi yang merupakan prinsip dasar dekarbonisasi.
Untuk beberapa penggunaan akhir energi, elektrifikasi belum tentu kompetitif, dalam kondisi seperti ini pengurangan emisi memerlukan penggunaan bahan bakar dekarbonisasi, yang merupakan teknologi awal dan membutuhkan investasi yang harus dibayar mahal.
Namun dalam mewujudkan tujuan dan peraturan dekarbonisasi yang agresif dan bersih-nol karbon, sebuah studi baru pada laporan The Brattle Group dan Oracle Utilities “ menunjukkan bahwa utilitas tidak mampu hanya fokus pada investasi pasokan energi bersih” tetapi menemukan bahwa pada tahun 2040 tindakan oleh pelanggan listrik dapat mengurangi hampir dua kali lebih banyak emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor perumahan dan kendaraan ringan daripada yang dihasilkan dari kebijakan mengganti pembangkit listrik yang energi primernya bersumber dari fosil (minyak, batubara, gas) seratus persen dengan pembangkit listrik energi berish karena nilai investasinya sangat besar, untuk itu program dekarbonisasi selalu diikuti dengan teknologi yang mendukungnya disamping investasi dan sumber energi terbarukan yang bisa dikonversi menjadi listrik .
Dengan mengadopsi teknologi baru dan efisiensi energi untuk mengurangi konsumsi energi, pelanggan listrik untuk sector rumah tangga, penerangan jalan umum dan social (sekolah, kampus, rumah sakit) didorong untuk memanfaatkan panel surya atap maka akan menahan atau menekan laju pertumbuhan pembangkit listrik yang bersumber dari fosil.
Meskipun sebagian besar produsen listrik berjanji untuk menghentikan pembangunan pembangkit lsitrik berbahan bakan fosil dan membangun pembangkit listrik yang bersumber dari energi terbarukan (PLTS Komunal dengan Battery, PLTP, PLTA, Fuel Cell Power Plant) .
Selain itu sebagian produsen kendaraan mesin pembakaran internal (internal-combustion-engine/ICE) berjanji untuk menghentikan produksinya di tahun-tahun mendatang beralih untuk memproduksi motor listrik sepertinya EV adalah mobil masa depan
terima kasih atas masukannya , masukan yang positif dan membangun, pada rilis ini solarenergi berharap bisa memberikan inspirasi kepada pembaca untuk terdorong memanfaatkan sumber daya alam nasional untuk menumbukkan industri dalam negeri khususnya energi bersih