By Suryo SOLARENERGI.ID Baterai untuk penyimpanan energi surya berkembang pesat dan menjadi kebutuhan utama seiring dengan percepatan transisi ke energi terbarukan.
Meski saat ini, baterai sebagian besar digunakan untuk sistem PLTS off-grid tetapi lompatan besar dalam teknologi baterai lithium diprediksi menjadi minat bagi banyak industri yang menginginkan pemanfaatan energi matahari yang dihasilkan dan dimanfaatkan untuk memasok sebagian peralatan listrik industri disaat sistem panel surya tidak berproduksi sehingga selain dapat menggurangi biaya pembelian energi listrik juga dapat mengurangi emisi gas karbon dioksida.
Hal ini tentunya akan mendorong terwujudnya lingkungan yang bersih dan bebas karbon, meningkatkan konsumsi energi listrik yang di produksi sendiri dan menjadi lebih mandiri energi.
Selain itu dapat menjadi solusi pasokan energi listrik ke peralatan yang dianggap sangat penting yang membutuhkan pasokan listrik yang andal (tanpa padam) selama gangguan pasokan listrik maupun pada saat dilakukan pemadaman saat dilakukan pemeliharaan.
Seperti yang dikutip dari laman energy-storage.news, Hitachi Energy mengatakan bahwa tantangan untuk menangkap energi matahari dan energi angin secara efektif dapat menyebabkan kesulitan operasional oleh karena itu kebutuhan untuk mendukungnya diperlukan baterai penyimpan energi listrik.
Tentunya dengan menambahkan sistem penyimpanan energi baterai atau battery energy storage system (BESS) seperti yang dilakukan oleh Hitachi Energy di kepulauan Faroe, kepulauan Atlantik Utara, antara Norwegia dan Islandia dan utara Skotlandia akan dapat memenuhi kebutuhan energi listrik setiap rumah tanpa interkoneksi ke jaringan listrik utama manapun, dan ini menjadi solusi mewujudkan 100 % energi terbarukan meski tergolong kepulauan terpencil.