By Suryo, SOLARENERGI.ID – Permintaan lithium secara global pada tahun 2021 mencapai tingkat yang sangat tinggi, kenaikan bahan baku baterai tersebut dipicu oleh permintaan mobil listrik yang sangat pesat bahkan ditargetkan mencapai 9.300 gigawatt-jam (GWh) pada 2030 atau mengalami kenaikan 1.600% dari level 2020.
Oleh karena itu, mengembangkan rantai pasokan baterai domestik, termasuk kapasitas produksi baterai, menjadi semakin penting karena negara-negara berusaha untuk mewujudkan net zero emission termasuk sektor transportasi dengan beralih dari kendaraan berbahan bakar bensin ke kendaraan listrik.
Untuk memenuhi kebutuhan lithium global diperoleh dari Australia yang saat ini masih sebgaai pemimpin global dalam produksi lithium hingga tahun 2021 yang memproduksi 55.000 ton litium disusul Chili 26.000 ton , China 14.000 ton dan Argentina 6.200 ton..
Sedangkan 10 negara pengguna baterai untuk kendaraan listrik berdasarkan kapasitas produksi Lithium-ion terbesar di dunia pada tahun 2021 diperlihatkan pada data berikut :
China selama ini sebagai pemimpin dalam penggunaan baterai kendaraan listrik hampir 80% dari kapasitas manufaktur Li-ion global, selain itu juga mendominasi bagian lain dari rantai pasokan baterai termasuk pertambangan dan pemurnian mineral baterai seperti lithium dan grafit, sedangkan Amerika merupakan konsumsi sekitar 6 % dari kapasitas manufaktur global, seperti yang dikutip dari laman visualcapitalist.com.
Tesla dan Panasonic’s Giga Nevada menyumbang sebagian besar dengan kapasitas tahunan 37 GWh, menjadikannya pabrik manufaktur baterai terbesar di dunia. Negara-negara Eropa secara kolektif menghasilkan 68 GWh atau sekitar 10% dari manufaktur baterai global.
Selain itu, Hongaria dan Polandia juga masuk dalam lima besar, yang menjadi tuan rumah pabrik yang dimiliki oleh produsen baterai besar seperti SK Innovation dan LG Chem.
Menurut S&P Global Market Intelligence, kapasitas produksi lithium-ion global diperkirakan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2025.
Meskipun China diperkirakan akan menjadi yang teratas lagi, pangsa kapasitasnya di seluruh dunia bisa turun menjadi sekitar 65% karena negara-negara lain meningkatkan produksi baterai.
Misalnya, kapasitas Jerman diproyeksikan meningkat menjadi 164 GWh, mewakili peningkatan 15 kali lipat hanya dalam empat tahun.
Selain itu, AS diperkirakan akan meningkatkan kapasitasnya lebih dari dua kali lipat pada tahun 2025. Bahkan, 13 pabrik baru diharapkan akan beroperasi dalam lima tahun ke depan, memberikan dorongan untuk kemampuan manufaktur baterai mobil listrik domestik.
Penting untuk dicatat bahwa industri baterai berkembang pesat, dan peringkat ini dapat berubah ketika pabrikan mendirikan distributor sebagai pemasok di berbagai negara.
Namun, jelas bahwa permintaan baterai dan kapasitas produksi akan meningkat. Dan lebih banyak baterai membutuhkan lebih banyak bahan mentah, terutama logam penting seperti litium.